Komentaris
Ngalir Talk Show #22
Big Data in IR: Advancing towards a Better World
Perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatan sumber daya digital menciptakan produksi data yang lebih banyak dari sebelumnya. Hal tersebut membuat kebanyakan aktivitas masyarakat saat ini berpusat di internet dan dunia berbasis digital. Tercatat pada Januari 2022, jumlah pengguna internet di dunia berjumlah 4.95 Miliar orang dengan peningkatan rata-rata 5% setiap tahunnya. Data lain juga mencatat terdapat 4.2 Miliar orang atau hampir 90% dari jumlah pengguna internet memiliki akun media sosial pada Januari 2021. Data yang tercipta semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah pengguna internet dan pengguna teknologi digital hingga istilah big data muncul dewasa ini.
Big data sendiri merupakan himpunan data yang sangat besar dan tidak mampu diolah oleh sistem komputer dan perangkat lunak konvensional, big data memiliki karakteristik tertentu yaitu volume, variety, velocity. Dalam big data, Volume atau ukuran data yang dihasilkan sangat besar, pada tahun 2012, data yang dihasilkan setiap harinya adalah 2,3 triliun Gigabytes, dan pada tahun 2020 data yang dihasilkan yaitu sekitar 40 triliun Gigabytes. Karakter big data berikutnya adalah variety, data-data yang dihasilkan terdiri dari berbagai jenis dan variasi seperti teks, gambar, video, dan lain sebagainya. Big data dihasilkan dari berbagai hal, diantaranya adalah dari adanya internet of things, di mana benda-benda di sekitar kita dapat berkomunikasi antara satu sama lain melalui sebuah jaringan yaitu internet. Seperti handphone, televisi, jam tangan dan lain-lain. Benda-benda tersebut dapat menghasilkan banyak data seperti data mengenai kesehatan, postingan di sosial media, sensor untuk mengumpulkan informasi tentang iklim, bahkan data tentang berapa banyak langkah kaki yang ditempuh setiap hari dan yang paling penting adalah data tentang ilmu pengetahuan. Data-data yang dikumpulkan kemudian harus dapat dianalisis dengan sangat cepat untuk menghasilkan berbagai informasi, oleh karena itu lah mengapa velocity atau kecepatan menjadi karakter penting lainnya dalam big data.
Tidak hanya banyaknya jumlah data yang diproduksi, big data juga memiliki banyak manfaat. Dalam tulisan ini penulis akan memfokuskan manfaat big data dalam program pembangunan dan aksi kemanusiaan. Program pembangunan terkhusus sektor pertanian diberi manfaat yang cukup besar oleh big data. Dengan adanya big data semua parameter pertanian seperti waktu tanam, waktu panen, lokasi tanam, serta pola iklim dan cuaca, dapat dikumpulkan dan dianalisis melalui teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan terkait langkah dalam mendukung produksi pertanian (BPPT 2019). Selain bagi pertanian, big data juga bermanfaat dalam mencatat pertumbuhan dan mobilitas penduduk. Sejak Februari 2020, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) sudah mulai melaksanakan digitalisasi sensus penduduk yang dilaksanakan secara daring melalui smartphone. Hal ini dilakukan untuk membuat database perubahan demografi masyarakat agar terintegrasi dengan Dukcapil sehingga diharapkan terdapat keseragaman data dengan memiliki database tunggal. Sensus luring tetap diadakan bagi masyarakat yang berada di pelosok karena akses sinyal yang sulit serta minimnya penggunaan internet. Kombinasi data BPS dan Dukcapil dapat digunakan untuk mengatasi masalah di suatu wilayah, seperti pendidikan, kemiskinan, dan pengangguran.
Lebih lanjut, big data tidak hanya bermanfaat bagi program pembangunan yang berjangka panjang, big data juga sangat diperlukan dalam aksi kemanusiaan. Pada awal tahun 2017, UN Global Pulse bekerja sama dengan UNHCR dalam sebuah proyek dengan menggunakan informasi real time mengenai persepsi manusia untuk mengidentifikasi peluang yang dapat memberikan informasi mengenai upaya organisasi di lapangan terutama dalam strategi kemanusiaan. Proyek tersebut menggabungkan keahlian UNHCR dalam bidang aksi kemanusiaan dan pemanfaatan big data untuk kebaikan sosial yang dilakukan oleh UN Global Pulse untuk memahami bagaimana data media sosial dapat memberikan informasi mengenai persepsi komunitas tuan rumah tentang pengungsi dan migran yang melarikan diri dari dampak konflik wilayah lintas batas internasional.
Masih seputar manfaat bagi aksi kemanusiaan, big data juga berperan dalam merespons keadaan darurat seperti bencana. Dalam seminar yang diselenggarakan oleh tim Puslitbang BMKG mengenai Implementasi Big Data dan Artificial Intelligence (AI) untuk Peningkatan Kecepatan dan Ketepatan Layanan Informasi BMKG memiliki tujuan untuk memperkenalkan Big Data dan AI untuk pengolahan dan pemanfaatan data berskala besar dengan pertumbuhan yang cepat, menyusun rencana pengembangan sistem pengolahan data berbasis big data dan model AI, peningkatan kecepatan dan ketepatan layanan informasi MKG menggunakan Big Data dan AI dan merekomendasikan rencana strategis implementasi teknologi Big Data serta pemanfaatan AI di lingkungan BMKG.
Tidak hanya itu, dewasa ini big data juga mampu menjawab beberapa tantangan ilmu sosial yang semakin kompleks dan menjadi metode baru dengan menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian ilmu sosial. Big data telah menciptakan sebuah sistem pengetahuan baru yang mengubah objek pengetahuan dan mampu menganalisa, menggambarkan serta memprediksikan pola komunikasi, perilaku, bahkan isu-isu sosial dan nonsosial. Big data juga telah mentransformasi paradigma konvensional ilmu sosial menuju “computational social science” yang membuat manusia mampu mengamati dunia yang begitu kompleks dan lingkungan yang dinamis. Di dalam riset Hubungan Internasional terdapat beberapa pendekatan, dengan menggabungkan pendekatan kualitatif dengan kuantitatif dapat menjadi opsi bagi yang memiliki minat terhadap HI namun dianalisis melalui software text mining dan lain sebagainya, karena sangat penting untuk memperkaya metode dan riset di dalam kajian HI.
Sebelum muncul istilah big data, data dikumpulkan untuk tujuan yang jelas oleh suatu institusi seperti sensus penduduk, data pemilihan umum dan lain-lain. Namun, saat ini berubah menjadi sekumpulan data orang-orang di dalam sebuah jaringan yang tidak jarang dapat dengan mudah diakses di dunia maya, bahkan data tersebut dimiliki atau dapat diakses oleh perusahaan komersil atau korporat yang berskala global seperti facebook, google dan perusahaan lainnya. Produksi data yang semakin melimpah, menciptakan tantangan baru dalam hal perlindungan data personal, sehingga potensi kebocoran data semakin meningkat. Meskipun data personal seperti identitas individu merupakan hal yang harus dilindungi, namun ketika berhadapan dengan big data, hal tersebut menjadi sulit untuk dijamin karena belum ada undang-undang yang mengatur secara jelas, penting untuk memiliki pengetahuan dan kesadaran bahwa setiap orang memiliki tugas masing-masing untuk melindungi data pribadinya. Selain itu, membiasakan diri dengan big data juga merupakan hal yang perlu dilakukan saat ini, hal tersebut bisa diawali dengan mempelajari bagaimana membaca hasil-hasil olah data, membiasakan diri untuk melihat data terlebih dahulu sebelum menyampaikan sebuah argumen, setelah mampu membaca data langkah selanjutnya adalah belajar untuk mengolah data, hal ini juga bisa menjadi input bagi sebuah institusi atau lembaga pendidikan dalam menawarkan skill tersebut kepada para pembelajar sebagai sarana untuk latihan, dan yang terakhir tentunya harus membiasakan diri untuk hati-hati terhadap apa saja yang kita unggah di sosial media terutama yang berkaitan dengan keamanan.
Referensi