Program Studi Hubungan Internasional (PSHI) UII kembali menyelenggarakan Diplomatic Course pada tanggal 27 dan 28 Juli 2024 di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta. Kegiatan yang terdiri dari rangkaian simulasi sidang model G20, Ambassadorial Lecture, dan Table Manners ini merupakan Diplomatic Course ke-10 yang sudah dilaksanakan oleh PSHI UII sejak didirikan tahun 2014. Pada tahun ini, PSHI UII mengusung topik “Ensuring Aid Deliverance during Humanitarian Crisis” sebagai bentuk kepedulian civitas akademika PSHI UII terhadap berbagai tragedi kemanusiaan yang terjadi di berbagai negara belakangan ini, baik disebabkan oleh konflik maupun bencana alam.
Acara pertama, yaitu simulasi sidang model G20, menjadi wadah bagi mahasiswa PSHI UII untuk melatih kemampuan diplomasi dan negosiasi dengan berperan sebagai delegasi dari 21 anggota kerja sama G20. Pada sesi ini, mahasiswa menyepakati sebuah communique yang berisi berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh negara-negara untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak krisis kemanusiaan, seperti memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, memberikan bantuan ekonomi untuk negara-negara yang menampung pengungsi, hingga memperkuat kerja sama dengan organisasi internasional yang lain seperti UNICEF dan World Food Programme.
Hari kedua Diplomatic Course dilanjutkan dengan Ambassadorial Lecture dan Table Manners yang menghadirkan Duta Besar Dr. Dian Triansyah Djani, Staf Khusus Menteri Luar Negeri Bidang Penguatan Program Prioritas sebagai narasumber. Pada sesi ini, Dr. Dian Triansyah menyampaikan materi yang berjudul “Presidensi G20 Indonesia: Tonggak Awal Kepemimpinan Negara Berkembang di G20”. Topik ini penting untuk diketahui oleh mahasiswa PSHI UII mengingat konstelasi politik internasional yang semakin menonjolkan peran negara-negara berkembang. Dr. Dian Triansyah Djani memaparkan berbagai upaya Indonesia, di tengah pemulihan Covid-19, untuk menjadi Presiden G20 di tahun 2022. Dengan mengusung tagline “Recover Together, Recover Stronger”, Pemerintah Indonesia memiliki semangat yang tinggi untuk berkontribusi dalam menciptakan tatanan dunia yang lebih baik dan adil untuk negara-negara berkembang pasca Covid-19.
“Setelah terjadi krisis Covid-19, kita harus mengutamakan kerja sama. Kita perlu kolaborasi. Kita perlu multilateralism. Presiden G20 Indonesia ingin mewujudkan ekonomi yang terbuka, adil dan saling menguntungkan. Indonesia memiliki banyak sumber daya alam yang melimpah, sehingga jika Indonesia cuek terhadap permasalahan negara lain, ya tidak masalah. Tetapi, Indonesia memiliki kewajiban moral sebagai pencetus Konferensi Asia-Afrika, kita memiliki amanat konstitusi untuk membantu negara berkembang dan negara terbelakang” Papar Dr. Dian Triansyah.
Ambassadorial Lecture semakin menarik karena ada pertanyaan dari mahasiswa mengenai upaya diplomasi Indonesia pada sebuah forum di mana ada negara-negara yang berkonflik, seperti Amerika Serikat dan Rusia di G20. Dr. Dian Triansyah menyampaikan untuk menjadi penengah negara-negara yang berkonflik adalah dengan mengetahui kepentingan dari negara-negara tersebut, siapa negara-negara yang mendukung, serta kapasitas Indonesia sendiri.
“Indonesia adalah negara besar dan memiliki banyak suku bangsa. We are a big power. Dan juga sejarah di mana Indonesia menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-blok dan Indonesia sampai saat ini konsisten. Di PBB, Indonesia juga memiliki record yang baik sebagai Pasukan Perdamaian dan berhubungan baik dengan berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Russia, dan China.” Terang Dr. Dian dalam rangka menekankan kemampuan diplomasi Indonesia di kancah internasional.
Diplomatic Course yang dihadiri oleh 174 mahasiswa ini ditutup dengan kegiatan Table Manners yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa PSHI UII terkait etika makan yang formal dan sopan. Dengan terselenggaranya seluruh rangkaian Diplomatic Course 2024, PSHI UII berharap mahasiswa akan memiliki skill yang komprehensif, mulai dari negosiasi hingga tata cara bersantap yang sesuai dengan kebiasaan para diplomat. Selain itu, mahasiswa diharapkan semakin memahami peran negara berkembang dalam menciptakan tatanan global yang lebih damai dan adil.
“Ambassadorial Lecture yang dilaksanakan hari ini diharapkan dapat menginspirasi tentang kedamaian dan keadilan, mudah-mudahan tidak hanya dibicarakan di forum ini, tetapi harus diimplementasikan” Papar Ibu Qurrotul Uyun selaku Dekan Fakultas Psikologi dan Sosial Budaya yang menyampaikan sambutan penutup dalam kegiatan Ambassadorial Lecture.